Selasa, 26 Februari 2008

bicaralah... dan kudengarkan dengan hati....



Tingginya respon masyarakat di setiap tempat yang dikunjungi Megawati merupakan jawaban terhadap ‘kerinduan’ rakyat terhadap pemimpin yang populis dan berpihak kepada mereka. Kehadiran Megawati dianggap tidak hanya sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan dan mantan presiden. Rakyat memahami lebih dari itu, bahwa ada kepedulian dari elit partai terhadap kehidupan mereka, terlepas bahwa PDI Perjuangan melakukan itu menjelang Pemilu 2009. Yang menjadi esensi dari perjalanan ini adalah terjalinnya relasi langsung antara elit partai dengan massa rakyat. Komunikasi dua arah ini merupakan bagian dari pengakuan secara sosial-politik keberadaan rakyat. Elit partai memahami, bahwa rakyat memiliki kekuatan yang dapat menentukan arah politik nasional, untuk itu, suara mereka harus dijaga dan didengar.
Perjalanan yang berlangsung dari tanggal 18-23 November 2007, dimulai dari Karawang, Indramayu, dan Subang, kemudian menginap di Cirebon. Hari berikutnya perjalanan dilanjutkan menuju Losari, Brebes, Tegal, Batang dan menginap di Semarang. Pada tgl 20/11, menuju Blora, Rembang, Lamongan dan Surabaya. Selanjutnya menuju Blitar. Dari Jawa Timur, rombongan Megawati berbalik menuju Tulungagung, Trenggalek, Magetan, dan Karanganyar, kemudian menginap di Solo, sebelum kembali ke Jakarta melalui Bandara Adi Sumarno pada tgl 23 November.
Sepanjang perjalanan, Megawati melakukan dialog dengan masyarakat dan pendukung partai yang dimobilisir. Berbagai persoalan keseharian rakyat ditanyakan dan dibicarakan oleh Megawati dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Dari mulai panen tebu, kerajinan rotan yang kalah dengan produk rotan dari Cina, harga pupuk, beras impor, hingga harga cabe dan bawang merah, serta beberapa masalah lain yang dihadapi oleh rakyat.
Menanggapi keluhan petani bawang merah, Megawati mengatakan bahwa overproduksi adalah masalah klasik pada setiap panen, sehingga harga menjadi turun. Bagi Megawati, hal ini adalah masalah pemerintah agar mengatasi kelebihan produksi. Pernyataan ini disampaikan oleh Megawati saat berdialog dengan dengan ratusan petani bawang merah di Pasar Induk Bawang Merah Klampok, Brebes, Jawa Tengah, tgl 19 November. Para petani tersebut meminta agar harga bawang tetap stabil............
Berhadapan dengan kurang lebih 1000 orang yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang berkumpul di pelelangan ikan Pandangan Rembang, Jawa Tengah, Megawati melakukan dialog dengan menggunakan bahasa setempat (Jawa): “Nek lanang iku, wis to, ora ngerti atur-ature rumah tangga. Nggak ngerti cabe, terasi, ikan asin, dan biasanya minta diladeni. Tinggal makan bae.”
(“Laki-laki itu, tidak mengerti urusan rumah tangga, tidak tahu harga cabe, terasi, ikan asin, dan biasanya minta dilayani. Laki-laki tinggal makan saja.”)
Capaian yang diperoleh oleh Megawati selama melakukan kunjungan adalah mengetahui realitas sosial-ekonomi secara langsung dari lapisan masyarakat paling bawah. Untuk menghindari informasi yang asal ibu senang,

Tidak ada komentar: